Kim Chae Rin. 18 tahun. Baru saja sebulan bersekolah di SM High School. Sebelumnya ia bersekolah di kota sebelah. Namun karena Chae Rin ini bisa dibilang cukup cerdas dan berprestasi, ia mendapat beasiswa di SM High School yang bisa dibilang sekolah cukup elit di Seoul dan memiliki murid-murid cerdas. Sedang orang tuanya harus tetap bekerja di kota lain. Chae Rin hidup sendiri di sebuah mansion sederhana. Bagaimana cerita Chaerin di SM High School dan bagaimana kisah cintanya? Mari disimak!
KIM CHAE RIN’s POV
Suasana ceria, hangat, indah dan suasana yang hampir sama di sekolah ku sebelumnya. Itulah yang kuimpikan saat aku pindah ke SM High School ini. Namun kenyataan berkata lain. Karena murid-murid di sekolah ini merupakan murid-murid berskala tingkat atas, hal-hal itu tadi tidak bisa aku rasakan. Mereka cenderung sedikit angkuh dan pilih-pilih. Terkadang tatapan mereka cukup tajam dan mampu membuat ku terpaku. Apa lagi para yeoja. Terkadang perkataan dan tatapan mereka sungguh tajam. Apalagi kepada murid yang berani menggoda namja chingu dari yeoja tersebut. Bisa dihajar mati-matian. Hhhh... rasanya aku tidak betah untuk tinggal di kelas yang seperti ini.
Sistem pembelajaran yang bagus? Benar. Fasilitas sekolah luar biasa? Benar. Perpusatakaan dengan buku yang bagus dan lengkap. Benar. Hanya satu yang tidak kusukai. Yaaah.. Seperti yang aku ceritakan baru saja. Sahabat? Hmmmm sahabat ku ada di kota sebelah. Dan aku belum menemukan murid yang mampu menerima karakterku yang pendiam dan pemalu ini. Juga belum ada murid yang bersedia menemaniku kapan saja. Karena itulah, aku lebih sering menyediri daripada harus berurusan dengan yeoja-yeoja comel dikelas. namja chingu? Di mataku, semua murid namja di sekolah ini, sudah ada yang memiliki. Hahahaha.
Aku sering menghabiskan waktu istirahat ku di atap sekolah. Terkadang saat bosan pun, aku lebih nyaman menghabiskan waktu ku di atap sekolah. Namun sudah 2 minggu ini ada sesuatu yang baru diatap sekolah. Setiap 2 hari sekali, ada suara seorang namja bernyanyi disana. Suaranya sangat teramat merdu dan lembut. Saat aku mendengarnya, hatiku serasa menjadi damai dan mampu membuatku lupa dengan kekacauan pikiran dan hatiku. Namun aku tak berani untuk melihat siapa yang sedang bernyanyi itu. Aku takut, nanti aku malah ketauan dan mengganggu ia bernyayi. Seperti hari ini.
“Aaaahhhh.. yeoja-yeoja itu apa banget sih? Tidak adakah hal lain yang dibahas selain guru-guru menyebalkan dan juga tentang yeoja abal-abal yang berani menggoda namja impian mereka? Zzzzz” kataku sesampainya di atap dan segera mengambil posisi nyaman untuk bersantai dibalik tangki air.
Tiba-tiba...
*reff What is Love’s EXO*
“Suara ini... dia di sana! Hhh.. siapa gerangan pemilik suara ini yaaaa?” kataku berandai-andai. Tak mampu melihat. Hanya menikmati nyanyian ini hingga habis.
*selesai nyanyi*
“OMO! Dia sudah selesai nyanyi! Haruskah aku melihat siapa pemilik suara ini?” pikirku bingung.
“Yaa!! Dorawa ppali! Kita harus segara berlatih di ruang musik! Kkaja!” kata seorang dari arah lain.
“Ne! Chankamman gidaryo!” kata seorang yang memiliki suara emas ini.
“mwo? Dia mau pergi? Andwae! Aku harus melihat dulu siapakah pemilik suara ini!” segera aku bangkit namun tetap bersembunyi dibalik tangki air.
So bad! Aku hanya bisa melihatnya dari belakang karena begitu aku bangkit dan mengintip, dia sudah berada di pintu masuk atap. Dan aku hanya bisa melihat punggungnya dari sini. Siapapun kau, aku harap aku bisa mengetahui siapa dirimu yang mempunyai suara emas ini. Ia pun menghilang...
Kebiasaan ini terus berlanjut, tetap diam, menikmati suaranya tanpa menyapa, hingga pada akhirnya suatu hari aku memberanikan diri untuk melihat siapakah namja dengan suara indah ini.
*what is love-EXO*
“oke! Tetap tenang. Hati-hati. Jangan bersuara. Hanya melihatnya dari jauh. Jangan heboh.” Batinku meracau.
Perlahan aku mengintip dari balik tangki air atap sekolah. 1... 2... 3... JREEENG!! Di sana kulihat seorang namja sedang bernyanyi dengan indahnya. Auranya yg terpancar menyilaukan mata. Gerakannya, intonasinya, semuanya membuatku tercengang. Dan satu lagi, namja ini terlihat sangat tampan >< *toloong author ga kuat bayanginnya* tunggu! Dia kaaan... CHEN! Murid kelas sebelah! Dia kan murid yang sering aku lihat di perpustakaan!
*Flashback*
“Hyaaaaa banyak sekali sih buku-buku yang harus aku kembalikan” keluhku sambil berjalan. Tiba-tiba...
“BRAKKK!!”
“Auuww!” Teriakku.
“ya, gwaenchana ? mian aku buru-buru masuk kelas setelah mencari buku.” tanya seorang namja yang ternyata baru saja menabrakku, Chen.
“ah, ne gwanchana Chen-ssi.. mianhae, aku tidak lihat jalan dengan benar.” Balasku sambil membereskan buku dan segera beranjak dari posisi ini.
“Chankaman!” sebuah tangan menahanku untuk tidak pergi. Tangan milik Chen.
“Ada apa Chen-ssi? Bukan kah kau harus buru-buru?”
“tanganmu terluka gara-gara kita tabrakan tadi.”
Chen meraih tanganku yang terluka dan memang terasa sakit. Ia membersihkannya dengan tissue yang dia bawa dan menutupnya dengan sebuah penutup luka. Ia merawat luka ku dengan sabar dan lembut
“nah luka mu sudah beres. Aku pergi dulu. Annyeong!” katanya seraya pergi meninggalkanku.
Sekilas aku melihat raut wajahnya. Wajahnya terlihat memerah. Aku bingung memikirkannya, ada apa dia buru-buru pergi setelah merawat lukaku tanpa mempersilahkan aku untuk mengatakan terimakasih? Hmmm... Namja yang baik.
“Gomawo Chen-sii....”
*Flashback END*
Jadi yang mempunyai suara emas dan yang aku nikmati adalah suara milik Chen? Hhhmmmm... Chen ya? Tak kusangka dia orangnya..
Indah... Itulah yang aku rasakan. Aku terus memandanginya dari jauh, dan tetap menikmati suaranya yang indah. Aku tak bisa mengalihkannya. Aku jatuh hati padanya dan suaranya. Chen... kau sungguh luar biasa. OK! Mulai besok aku akan memberinya minum sebagai rasa terimakasihku sudah mendengarkan ia bernyanyi. Ketahuan? Aku rasa tidak mungkin.
AUTHOR’s POV
Hari itu, Chaerin membeli sebotol air mineral. Ia lalu berangkat menuju atap sekolah. Perlahan ia masuk ia melihat sekeliling. Belum ada Chen di situ. Ia meletakkan air mineral dan secarik surat dibawahnya. Ia lalu segera bersembunyi di balik tangki air seperti biasa. Tak lama kemudian ada seorang masuk ke atap sekolah. Ia adalah Chen. Tanpa curiga, ia langsung menuju tempatnya berlatih sambil membawa partitur-partiturnya. Sesampainya di tempat...
“hm? Ige mwoya?” katanya saat ada sebotol air mineral di tempat biasanya berlatih. Chae Rin tetap berdiam diri sambil berharap cemas, semoga tidak ketahuan kalau dia yang memberi air mineral itu/
“air mineral? Ada suratnya pula..” perlahan Chen-pun membaca isi surat itu.
‘Suaramu sungguh indah. Bolehkah aku menikmati suaramu setiap saat? Minumlah air mineral ini setelah bernyanyi agar suaramu tetap indah dan kau bisa menyanyikan lagumu dengan pengahayatanmu yang luar biasa itu’
“Dari siapa ini? Tidak ada namanya?” Chen terlihat berpikir dan mengingat-ingat sesuatu setelah melihat tulisan ini. Sesaat kemudian, ia tersenyum puas seakan-akan ia mengingat dan mengetahui sesuatu.
“yaa! Dimanapun kau berada sekarang, kau bisa menikmati nyanyianku ini kapanpun kau mau..” katanya sambil tersenyum lebar.
Bagaimana dengan Chae Rin? Iya, Chae Rin mendengar kata-kata Chen barusan. Ia tersipu malu mendengarnya. Tak lama kemudian, Chen mulai bernyanyi. Ia bernyanyi dengan indahnya dan Chae Rin, senantiasa di sana menikmati nyanyian dan suara Chen, meskipun ia tak bertegur sapa dengannya. Chen, sungguh, kamu indah, batin Chaerin. Tapi.... Apakah Chen tau jika yang mengiriminya air mineral dan surat ini adalah Chae Rin?
Hari demi hari berlalu. Rutinitas seperti ini terus di jalani oleh mereka berdua. Chae Rin selalu memberi air mineral untuk Chen dan Ia tetap menikmati nyanyian Chen dari balik tangki air. Sedangkan Chen tetap menikmati air mineral itu dan selalu berlatih menyanyi di tempat yang sama. Mereka tidak pernah bertegur sapa. Hingga pada suatu hari.
Hari itu Chaerin sedang sangat mengantuk dan malas untuk mengikuti pelajaran sekolah. Ia memutuskan untuk beristirahat di atap sekolah.
“eh? Chae Rin-aah.. kau mau kemana?” tanya seorang teman Chae Rin
“Aku mau bolos pelajaran ini. Aku sedang tidak mood. Aku pergi dulu ya” pamitnya seraya meninggalkan temannya itu.
Ia segera menuju atap sekolah. Mengapa Chae Rin suka sekali di atap? Karena angin yang berhembus bergitu nyaman dan lembut di musim seperti sekarang ini. Tapi ia jadi berpikir, sekarang jam pelajaran kan? Tidak mungkin Chen berlatih bernyanyi di atap saat jam pelajaran seperti sekarang. Iya, Chen tidak mungkin di atap. Namun saat pintu atap sekolah yang tertutup rapat itu dibuka oleh Chae Rin, ternyata di tempat biasanya berdirilah seorang Chen yang sedang berlatih bernyanyi dengan tekun dan indahnya. Chae Rin segera masuk dan berjalan menuju balik tangki air secara perlahan agar tidak meninggalkan bunyi yang bisa mengganggunya.
Sesampainya di balik tangki air. Chae Rin duduk dan menikmati suara indah ini. Suara Chen memang indah dan lembut. Dan suara inilah yang membuat Chaerin semakin lama semakin mengantuk dan mengantarkan Chae Rin ke alam mimpi. Chae Rin tertidur.
Setelah Chen cukup berlatih bernyanyi, ia bersiap untuk kembali ke kelas.
“hm? Pintunya terbuka?” kaget Chen saat melihat pintu menuju atap sekolah yang semula tertutup itu sekarang terbuka.
“hhmmm apakah ada seseorang yang masuk” Chen terlihat berpikir lalu celingak celinguk melihat sekitar.
“mungkinkah dia ada disini?” pikirnya tentang orang yang selama ini memberinya air minum, karena setahunya hanya dia dan seseorang itu yang sering pergi ke atap.
Chen memutuskan untuk berkeliling sekitar atap. Menyusuri segala penjuru atap sekolah. Hingga ia sampai ke sebuah tempat di balik tangki air. Di sana, Chen mendapati seorang yeoja sedang tidur dengan nyamannya, Chae rin. Chen tidak terlihat kaget, ia hanya tersenyum lembut melihat Chae Rin.
“Ternyata memang benar kau yang waktu itu mengirimiku surat, memberiku air mineral, dan menikmati nyanyianku...” Kata Chen sambil membelai lembut wajah Chae Rin.
“tidak ku sangka, nyanyianku akan menjadi jembatan penghubung untuk perasaanku padamu ini.” Tambah Chen.
Ia lalu melepas jaket yang ia kenakan dan menyelimuti Chae rin dengan jaketnya. Ia juga terlihat mengutak-atik ponsel yang ada di saku Chae Rin.
“Tidur yang nyenyak, Chae Rin-aah...” katanya seraya membelai lembut kepala Chae Rin dan segera pergi meninggalkannya.
CHAE RIN’s POV
*Intro Opera*
Huaaah~ intro Opera? Sudah pagi ya? Huaaaahm... aku terbangun mendengarkan intro Opera dari Super Junior ini. Pagi? Pabo! Aku kan tertidur di atap? Segera ku matikan alaram ku ini. Ku buka mataku lebar-lebar. Benar aku masi di atap sekolah. Aishhh! Bodoh benar aku bisa-bisanya tertidur di atap. Begitu aku lihat diriku sendiri, aku kaget. Ada sebuah jaket menyelimutiku.
“Jaket siapa ini? Perasaan aku tadi kesini tidak membawa jaket?” gumam ku.
“tunggu! Aku juga tidak mensetting alarmku agar berbunyi di jam ini.”
Segera aku ambil ponselku dan melihat setting alarm. OMO! Ada seseorang yang sengaja mengatur agar alarm berbunyi jam segini. Tapi siapa? Mwo? Ada catatan aktif di ponselku? Perasaan aku tidak membuat catatan aktif disini. Segera ku buka catatan itu.
‘kembalikan jaket ini saat kau mendengarkanku bernyanyi lagi di atap ini. Sengaja aku mengatur alarm agar kau bisa bangun tepat saat jam pulang sekolah. Jadi kau tidak akan dikunci dari luar. Mimpi indah. Jangan lupa bawakan aku air mineral. Chen.’
“M,mwo?! I, ini CHEN? Jaket ini milik Chen? Dia yang menyelimutiku dengan jaketnya? Dia yang mengatur alarmnya agar aku terbangun? Maldo andwae! Dia.. dia melihatku? Dia tau kalau selama ini yang membawakan air mineral dan mendengarkannya bernyanyi adalah aku? GYAAAAAAAA!!!! Eottokaji????”
“Chen sudah mengetahuinya. Huaaaah betapa malunya diriku *pasang emote malu*. Apa yang harus aku lakukan jika bertemu dengannya di sekolah?” Aaaaa pikiranku kalut campur aduk. Namun tiba-tiba pikiranku teralihkan saat melihat jaket yang tadi sudah menemaniku tidur dan membuatku hangat.
“milik Chen ya? Aromanya masih tertinggal disini” kataku sambil memeluk dan mencium jaketnya. Ya, memang aroma khasnya yang biasanya tercium saat aku bertemu dengannya di perpustakaan, tercium sekali di jaketnya.
“gomawo Chen-ssi. Akan aku kembalikan setelah aku mencuci bersih jaketmu ini.”
Dua hari kemudian, jaket yang sudah kucuci bersih ini kubawa ke atap bersama dengan sebotol air mineral dan secari kertas. Aku memang sengaja datang lebih awal untuk meletakkan ini semua ditempat ia biasa berlatih. Iya, dia memang belum datang. Kutata serapi mungkin, dan segera aku bersembunyi di balik tangki air seperti biasa. Aku menunggu kedatangannya. Tak berapa lama ia pun tiba di atap.
CHEN’s POV
“Huaaahhh cuaca yang bagus untuk berlatih. Showcase semakin dekat. Aku harus rutin melatih vocalku agar pada Showcase nanti suaraku bisa Daebak. Hahahahahaha”
“eh? Ige mwoya?” kataku saat melihat sesuatu tertata rapi di tempat biasa aku berlatih.
Disana terdapat jaket yang kemarin ku pinjamkan pada Chae Rin, air mineral, dan sepucuk surat. Segera kubuka surat itu dan ku baca.
‘gomawo Chen-ssi.. jaketmu sudah ku cuci agar kau bisa langsung bisa memakainya. Tak lupa aku juga membawakanmu air mineral ini. Selamat berlatih...’
“ini dari Chae Rin. Hahahaha dia tetap tidak menyertakan namanya. Padahal kan aku sudah mengetahuinya. Hahahaha” kataku seraya tertawa setelah membaca surat ini.
“geurae... Selamat menikmati nyanyianku ini” kataku dan kulanjutkan dengan sebuah lagu berjudul Baby Don’t Cry.
CHAE RIN’s POV
Suaranya semakin hari semakin bagus dan lembut. Sungguh aku sangat menyukai suaranya. Tak jarang aku juga mengintip sedikit untuk melihat ekspresinya saat benyanyi. Sungguh indah. Seakan ada sayap yang berkembang di di belakangnya. Dan entah mengapa, jantungku berdegup tak karuan saat melihatnya seperti ini.
Kebiasaan seperti ini berlanjut terus. Aku tidak bisa menghentikannya. Namun tetap, kami tidak pernah bertemu maupun bertegur sapa. Kami selalu berada di posisi yang sama. Aku selalu melihatnya dari jauh sambil mendengarkan suaranya, dan ia selalu bernyanyi di tempat yang sama pula. Keinginan untuk menyapa? Pasti ada. Namun aku tidak bisa meraihnya. Keberanianku tidak cukup untuk berhadapan dengannya.
Suatu hari yang indah.. aku bersiap menuju atap seperti biasa. Namun tiba-tiba segerumbulan yeoja abal-abal menghampiriku dan menatapku dengan aura membunuh. Salah apa aku?
“m,mwondeyo?” tanyaku pada mereka.
“dasar yeoja murahan!” kata salah satu dari mereka.
“PLAKKK!!” yeoja itu menamparku.
“AAWW!!” kataku merintih kesakitan. Air mataku pun mulai menetes. Aku salah apa woy?
“dasar yeoja murahan! Kau berani-beraninya menggoda namja chinguku!”
“M, mworago? Menggoda namja chingu mu? Bahkan aku tidak tau kau punya namja chingu.”
“jangan berlagak tidak tau!” katanya seraya mendorongku kebelakang. Untung aku masih bisa menjaga keseimbangan.
“jinjjayo! Aku tidak tahu siapa namja chingumu!”
“kau mau bukti? Ini! Lihat ini dengan mata kepalamu sendiri!” katanya sambil menunjukkan ponselnya. Tunggu, itukan foto Kris saat memberikan kalung pemberian ibuku yang bertuliskan namaku. Saat itu kalungku tertinggal dikelas dan ia memberikannya padaku.
“kau goda apa, hingga Kris mau membelikanmu kalung itu??”
“itu bukan kalung pemberian Kris! Itu kalung dari ibuku! Kris memberikannya padaku saat kalung itu tertinggal di kelas!”
“GEOTJIMAL!” Yeoja itu mendorongku sampai aku terjatuh. Dan saat itu juga kalung yang sedang ku kenakan itu menyembul keluar.
“Oh! Jadi itu kalungnya!” yeoja itu menarik paksa kalung itu dari leherku saat aku merintih kesakitan.
“ya! Apa yang akan kau lakukan? Kembalikan padaku!” pintaku
Namun, tanpa berkata-kata yeoja itu langsung mematahkan kalung itu dan menghancurkannya di depan mataku.
“ANDWAE!!!!!! Itu kalung pemberian ibuku satu-satunya!!! ANDWAE!!” tangisku sambil memohon kepadanya. Namun tak didengar. Ia terus menghancurkan kalungku.
“tau rasa kau sekarang telah merebut namja chingu milikku!”
Aku memungut remah-remahan kalung dari ibuku yang sudah dihancurkan oleh yeoja abal-abal ini. Air mataku mengalir deras tidak karuan.
“dasar yeoja tidak berperasaan!” kataku sambil menyerobot yeoja-yeoja ini setelah aku mengumpulkan puing-puing kalungku.
Segera aku menuju ke atap. Aku ingin menangis sejadi-jadinya disini. Aku ingin sendiri. Ku buka pintu menuju atap itu, dan aku banting pintunya. Aku menuju tempat biasa aku bersembunyi.
“huaaaaa eomma! Mianhae kalung pemberian mu hancur begini. Hiks.. mianhae eomma... mianhae... satu-satunya pemberian darimu. Satu-satunya yang bisa menghilangkan rasa rinduku padamu disaat aku ingin bertemu denganmu.. huaaa yeoja-yeoja sialan! Tidak bisakah mereka memastikkannya terlebih dahulu sebelum bertidak? Tidak bisakah mereka berpikir jernih sebelum mereka menghancurkan seseorang? Hiks.. eomma... aku ingin bertemu denganmu... aku ingin pulaaaang~ “ teriak dan tangis ku pecah tak karuan disini.
Tiba-tiba..
So baby don’t cry... tonight.. *Baby Don’t Cry* (sambil dengerin ya yang versi chen luhan ^^)
Suara ini kan... Chen! Aduh! Aku sudah terlanjur teriak-teriak tadi. Dia pasti terganggu. Kenapa dia ada disini di jam pelajaran begini? Aku terdiam sambil terus menangis dan mendengarkan nyanyiannya. Tangisanku semakin deras saat aku teringat eomma ku. Pikiranku kalut tidak karuan. Dan Chen tetap menyanyikan lagu ini.
Tak berapa lama kemudian suasana hening. Sepertinya Chen sudah selesai berlatih, atau mungkin dia sudah pergi karena terganggu dengan suaraku tadi.
“uljima... aku sudah mengatakannya di laguku barusan kan?”
DEEGGG!!
Seseorang dari belakang berkata seperti itu padaku. Tunggu , suara ini... Chen! Aku membalik tubuhku dan aku mendapati Chen sudah setengah duduk sambil menatapku. Melihat ini, aku salah tingkah. Mengapa dia menghampiriku di saat seperi ini? Reflek aku bangkit dan bersiap untuk berlari meninggalkannya karena malu. Namun saat aku beranjak pergi, sebuah tangan menahanku agar tidak pergi. Tangan Chen yang menahanku. Aku tidak berani menoleh kembali. Wajah ku merunduk karena tidak ingin wajahku saat menangis dilihat olehnya.
“apapun itu yang membuatmu menangis, malhaebwa..” pinta Chen padaku.
Sungguh aku tidak berani menatapnya. Aku ingin pergi dari sini. Namun tangan Chen tetap menggenggamku agar aku tidak bisa pergi.
“gajjima jebal... ceritakan padaku apa yang terjadi” pintanya sekali lagi.
Aku menyerah.. aku sudah tidak bisa menghindar darinya. Aku terduduk lemas. Dan tangisanku terpecah semakin kencang. Air mataku semakin deras keluar saat teringat eomma kembali. Chen melepas genggaman tangannya dan perlahan memelukku lembut dari belakang.
“lepaskan semua tangisamu sampai lega..” pintanya.
Aku menangis dan terus menangis. Saat tangisanku mulai mereda, Chen membawaku duduk di tempat yang lebih nyaman. Ia memintaku menceritakan apa yang membuatku menagis. Aku pun menceritakan semuaanya. Hingga tangisanku terpecah kembali. Ia menyandarkan kepalaku di pundaknya seraya membelaiku lembut untuk menenangkanku. Jujur saja, aku juga sedikit deg-degan tidak karuan saat Chen melakukan hal ini padaku. Namun perasaan itu terbunuh dengan tangisanku ini. Yaa.. aku meluapkan segala keluh kesahku saat itu juga.
“eomma.. maafkan aku... kalung pemberianmu rusaaaaaaak.. huaaaa”
“gwaenchana chagiya.. meskipun kalung itu rusak, hati kita masih tetap terhubung. Tunggu kedatangan appa dan eomma yaa.. kami menyayangimu ..”
“eomma appa~” kataku lirih. Ternyata mimpi.. ha? Mimpi? Aku ketiduran! Karena kelelahan menangis aku tertidur? Pabo!! Aku membuka mataku lebar-lebar. Dan ternyata, aku sedang bersandar di bahu Chen yang ternyata sedang tertidur juga. Sebuah jaket lagi-lagi berada di atasku. Refleks aku bangkit dan menjauh darinya. OMO! Aku tidur di pelukan Chen? GYAAAAAAA maldo andwae! Mau jadi apa aku nanti jika berhadapan dengannya???
Aku menatap wajahnya yang sedang memejamkan matanya itu. Terlihat sangat tampan dan damai.
“Gomawo, Chen-ssi...” kataku seraya akan membelai wajahnya.
“Siapa bilang aku tertidur?” katanya mengagetkan ku. Chen membuka matanya. Refleks aku menghindarinya.
Chen sedang meregangkan tubuhnya.
“cukup lama juga tidurmu.. tapi sepertinya kau sudah tenang sekarang. Ayo ku antar kau pulang. Sudah sore..”
“eh?”
“ya! Kenapa kau menjauh begitu ayo mendekat kesini! Tidak usah malu begitu. Hahahaha”
“ah.. ne ne..” aaa aku gugup sekali ><
“Chen-ssi.. gomawo.. maaf merepotkanmu. Ini aku kembalikan jaketmu. Aku bisa pulang sendiri”
“aniya.. pakai saja jaketku dan aku akan mengantarkanmu pulang. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa dijalan nanti.” Katanya sambil mengambil jaketnya dan memakaikannya padaku. Aku hanya terdiam tidak tahu harus berbuat apa.
“kkaja kita pulang!”
Ia menggandeng tanganku. Menuju kelasnya dan kelasku untuk mengambil barang. Ya sekolah sudah sepi karena memang sudah sore. Selesai membereskan semuanya, kami pergi meninggalakan sekolah menuju rumahku menggunakan mobil milik Chen.
Sesampainnya di depan mansionku..
“neomu neomu gomawoyo Chen-ssi.. maaf merepotkanmu. Kau mampir dulu? Akan ku buatkan sesuatu untuk tanda terimakasihku..”
“bolehkah? Geurae! Ide bagus. Kkaja!”
Kami berdua turun dan masuk ke dalam mansionku. Chen menunggu diruang tengah sedangkan kau pergi menuju dapur, membuatkan suatu masakan untuknya. Kebetulan ada sisa pasta mentah dan daging. Maka aku masak dua porsi pasta dan segelas teh susu hangat untuk kami berdua. Tak lupa aku juga mempersiapkan dua potong cheese cake sisa kemarin yang belum ku makan. Segera kubawa hidangan-hidangan itu ke ruang tengah tempat Chen beristirahat tadi.
“Waah sepertinya ini lezat..” celetuk Chen.
“selamat menikmati Chen-ssi... semoga kau menyukainya”
“Yaa! Chae Rin-aah, tidak usah terlalu formal begitu. Kita kan sudah saling kenal. Heheheh... Baiklah aku coba masakkanmu ya”
Chen segera mencoba masakanku
“Whoaaa!!! Lezatnya! Jinjja! Sangat lezat sekali, aku habiskan ya!”
“hahaha kau ini ada-ada saja. Telan dulu sebelum bicara!”
Chen segera melahap habis pasta yang ku buat. Selesai makan. Kami lanjutkan dengan berbicara santai sambil menikmati secangkir teh susu hangat dan cheese cake.
“Kau tinggal sendirian disini? Orang tuamu mana?”
“ne.. aku tinggal sendirian disini. Orang tuaku tinggal dikota sebelah. Aku kan siswa pindahan. Orangtuaku terlalu malas untuk pindah ke kota ini. Hahaha”
“kau pasti kesepian sendirian begini. Lain kali kalau kau kesepian, butuh apa-apa, atau sedang butuh seseorang untuk menemanimu, kau boleh hubungi aku. Sebisa mungkin aku akan datang menemuimu.”
“aah.. kau ini ada-ada saja.. hahaha gomawo.. tapi gimana aku mau menghubungi mu? Aku kan tidak punya nomor ponselmu..”
“Pabo! Aku sudah menyimpan nomor ponselku di kontakmu saat kau tertidur di atap sekolah waktu itu. Bersamaan aku mengatur alarm di ponselmu”
“m,mwo?”
segera ku cek kontak yang ada di ponselku. Ternyata benar. Nomor ponsel Chen sudah tersimpan disana. Pabo! Kenapa aku tidak sadar huh??
“aaaa... mianhae, aku baru sadar kalau kau meninggalkan nomor ponselmu di kontakku. Hahaha”
“gwaenchana.. karena sekarang kau sudah tau ada nomor ku disitu, akan ku tunggu panggilan dari mu..”
“hahaha.. ne~”
“btw, sudah berapa lama kau mendengarkan aku latihan bernyanyi di atap sekolah?”
“ah.. ee.. mungkin sudah hampir 3 minggu lebih?”
“wow! Lama sekali? Maaf aku tidak sadar sama sekali kalau ada yang memperhatikan aku”
“gwaenchana... lagipula, jika kau sadar bisa-bisa kau malah terganggu. Tapi untuk apa kau berlatih disitu? Hanya untuk sekedar hobi atau bagaimana?”
“Oh.. kau tidak tau ya? Aku dipilih oleh kepala sekolah Soo Man untuk debut sebagai grup EXO yang terdiri dari 12 member. 12 member itu dibagi menjadi 2 subgrup EXO K dan EXO M. EXO K debut di Korea, dan M di China. Minggu depan aku dan 11 temanku akan melakukan showcase debut. Jadi aku harus sering latihan agar vocal ku semakin bagus. Karena bosan berlatih di ruang latihan maupun diruang musik. Apalagi kalau disekolah, jadi aku latihan diatap sekolah. Aku masuk di EXO M. Setelah Showcase, aku akan terus berada di China dan juga selama promosi ini.”
“ber-12? Wow, banyak sekali? Siapa saja anggota yang lain?”
“nanti akan aku perkenalkan dengan mereka saat aku latihan. 11 member yang lain asik-asik kok. Jadi kau harus ikut latihan ku yaa agar kau bisa mengenal mereka..”
“baiklah.. hmmm debut di China ya? Berati harus bisa bahasa China?”
“Tentu saja.. awalnya aku sedikit merasa kesulitan, tapi member yang lain senantiasa membantuku. Oiya, ini untukmu.” Katanya sambil menyodorkan sebuah tiket padaku.
“Tiket apa ini?”
“itu tiket showcase debut kami minggu depan di Korea. Kami di ijinkan untuk mengundang satu teman selain keluarga. Aku mengundangmu. Datang ya! Pastikan kau ada di posisi depan dan ada di posisi dimana aku bisa melihatmu dengan jelas.”
“Jinjjayo? Aku bisa datang ke showcase debut mu? Waaah.. neomu neomu gomawo Chen-aah... aku tidak menyangka kau akan mengundangku hahaha”
“kau kan sudah sering melihat aku latihan. Akan percuma jika kau tidak melihat hasil akhirnya. Jangan sampai lupa ya!”
“ne, pastinya!”
Sejak hari itu, Aku sering mengikuti Chen berlatih bersama member lain. Aku diperkenalkan kepada mereka. Ada Suho, Baek Hyun, Chan Yeol, D O, Kai dan Se Hun sebagai member EXO K dan Kris, Lay, Luhan, Xiu Min, Tao sebagai rekan Chen di EXO M. Mereka adalah orang-orang baik, ramah, easy going, dan cheerfull. Mereka giat berlatih untuk mempersiapkan debut mereka. Berlatih tak kenal letih.
Aku dan Chen semakin lama semakin akrab dan dekat. Hingga aku sadar rasa cinta mulai tumbuh besar di hatiku. Hatiku berdebar tak karuan saat melihat senyumnya dan perkataannya yang menyanjungku. Ya, Chen sudah mencuri hatiku. Namun perasaan ku tiba-tiba menjadi sedih saat teringat bahwa dia akan debut di China. Selepas showcase dia akan di China dalam waktu yang lumayan lama. Aku akan kehilangan sosoknya. Aku akan kehilangan suaranya. Aku akan kehilangan kehangatan yang selalu kurasakan saat bersamanya. Mengapa di saat aku baru merasakan kedekatan ini, kita sudah harus berpisah? Aku tidak mau berpisah dengannya. Aku tidak ingin cepat-cepat showcase debut. Aku*masih ingin menikmati kebersamaan ini. Aku tidak mungkin memilikinya. Perasaan ini hanya perasaan sepihak. Karena itu, aku ingin menikmati kebersamaan ini lebih lama lagi. Tuhan, tolong hentikan waktu ini agar aku bisa lebih lama bersamanya *panggil Tao buat hentiin waktu /plak*
Tak terasa, sudah tiba hari untuk EXO Showcase Debut. Chen tidak menghubungi ku selama satu hari kemarin. Mungkin terlalu sibuk. Tapi aku tetap mengiriminya pesan penyemangat. Aku menuju tempat showcase tersebut diadakan. Sudah banyak fans yang menunggu rupanya. Begitu pintu dibuka kami masuk ke dalam. Aku berada diposisi yang cukup di depan dan bisa melihat panggung dengan jelas seperti permintaan Chen sambil membawa lightstick. Cukup susah untuk mendapatkan posisi ini. Perasaan gugup bercampur excited sangat aku rasakan. Aku juga menyapa fan berkenalan dengan fans-fans lain. Berbagai macam bias yang mereka sebutkan. Ya inilah fangirl. Yah sesekali boleh lah aku berfangirl ria. Hahaha.
Showcase dimulai dengan VCR, perform History introduction dan berbagai macam perform per-membernya mulai dari dance sampai martial arts. Semuanya terlihat berbeda saat di atas panggung. Berbeda 180 derajat! Luar biasa. Aku saja sampai terpana melihatnya. Teriakan-teriakan fangirl ini semakin lama semakin kencang. Terkadang aku pun juga ikut berteriak. Hahaha. Fangirl-fangirl ini tidak tau kalau aku adalah teman dari member EXO ini. Kalau sampai tau, bisa di bash aku. Hahaha.
Akhirnya sampai juga stage milik Chen. Di Showcase korea ini, Chen akan berduet bersama Luhan menyanyikan lagu Baby Don’t Cry Chinese version. Ya, lagu ini adalah lagu yang dinyanyikan Chen saat aku menangis di atap hari itu. Intro dimulai, Luhan dan Chen mulai melantunkan lagu ini. Efek yang ada membuat mereka semakin indah saat di atas panggung. Seketika itu juga, pikiran tentang perpisahan itu muncul lagi. Aku benar-benar tak ingin kehilangan sosok ini. Aku ingin terus melihatnya. Aku ingin terus mendengar suaranya yang indah itu. Aku ingin terus bersamanya dan merasakan kehangatan yang dibawanya. Air mataku mulai menetes saat teringat dengan kenangan-kenanganku tentangnya. Saat pertama mendengar suara yang indah itu, saat pertama mengetahui siapa pemilik suara indah itu, saat pertama aku memberinya surat dan air mineral, saat ia meminjamkankan ku jaketnya, saat ia hadir dan menyapaku pertama kalinya serta menghiburku saat aku menangis dan juga saat aku menemaninya latihan bersama yang lain. Mengingat senyumnya yang indah itu membuat air mataku makin mengalir. Terlalu banyak kenangan yang terbentuk di saat kita akan berpisah. Sungguh aku ingin kembali ke masa-masa itu. Aku sangat ingin terus bersamanya. Tapi di sisi lain, aku tidak bisa memaksakan kehendakku ini. Aku selalu mendoakan kesuksesan dan kelancarannya. Aku berdoa agar ia semakin hari semakin bagus dan selalu menjadi yang terbaik setiap harinya, agar ia selalu dalam keadaan sehat dan bersemangat, agar dia tidak merasa kesepian nantinya disana, agar dia selalu kuat dan tak mudah lelah selama masa latihan dan promosi nanti. Hatiku semakin bergemuruh ketika Chen mulai mencapai nada tingginya. Membuat ku ingin berteriak, ‘Chen, gajima...’ . Aaaaa mengapa sedih sekali!!! >,<
Chen dan Luhan mengakhiri performnya. Sungguh luar biasa penampilan mereka. Namun tangisanku tak kunjung berhenti. Di saat mereka berbalik untuk menuju backstage, diluar dugaan Chen turun dari panggung dan menuju tempat penonton. Semua penonton berteriak dan bersorak memanggil Chen. Ada apa ini? Apa dia mau melakukan fanservice? Demi apa? Sontak para petugas langsung membelah penonton dan memberi jalan untuk Chen. Ia terus berjalan dan membelah penonton. Tunggu! Dia menuju kearahku? Aku kebingungan dan tanpa sadar mundur dengan sendirinya. Keadaan semakin ricuh oleh teriakan para fangirl. Chen berhenti di jarak sekitar 1 meter dariku. Keadaan menjadi hening atas permintaan Luhan yang berada di Stage. Member yang lain juga mulai bermunculan di stage. Aku bingung ada apa ini?
“C, Chen? Waeyo? Kenapa kau disini?” tiba-tiba aku teringat kalau aku sedang menangis. Sontak, aku langsung menghapus air mataku.
“aku tidak menangis karena sedih. Aku menangis karena kagum dan terharu karena melihat penampilanmu yang indah... benar”
“Kim Chae Rin” potong Chen.
“n, ne..?” atmosfer makin terasa aneh.
“Nae yeoja chingu ga dwaeyo jullae..?”
“KYAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!” suara penonton memecah keheningan ini.
Apa dia bilang? Menjadi yeoja chingunya? Dia... mencintaiku? Dia mempunyai perasaan yang sama dengan ku? Demi apaaaa >,<
“Ya! Chae Rin-aah! Terima saja pernyataan cinta dari Chen itu! Aku kasihan melihat dia setiap malam selalu galau gara-gara tak tau bagaimana berkenalan denganmu!” potong Xiu Min
“iya!! Terima saja! Chen Senang tak karuan saat tau ternyata kau selalu mendegarnya berlatih di atap! Dia kegirangan bukan main!” sahut Suho.
“Terima Chen, Chae Rin-aah! Aku sudah bosan dengar curhatannya mulai yang galau sampai yang bikin envy! Apalagi saat kau memasakan makanan untuknya! Dia pulang dan latihan dalam keadaan cengar-cengir! Aku sudah tidak tahan lagi!” pekik Luhan.
“Chae Rin! Ayo terima Chen! Agar dia bisa tenang saat debut di China, karena ia berhasil memilikimu sebelum ia pergi ke China. Itu adalah impiannya. Ia tidak ingin menyesal karena tidak bisa menyatakan cintanya padamu, jadi ia mengatakannya saat showcase ini! Terima dia Chae Rin!” teriak Kris sang dduijang EXO M.
Apa-apan semua ini??? Huaaaaa ottokaji >,<
“terima! Terima! Terima! Terima! Terima!” suara para fans semakin bergemuruh tak karuan. Ya Tuhan, ternyata perasaanku terbalaskan. Air mataku mulai menetes kembali karena semua ini. Perasaan ku campur aduk antara senang, sedih, excited semua berkumpul jadi satu.
“Chae Rin-aah, tidak ada yang salah dari apa yang mereka katakan. Semua itu memang yang aku rasakan. Jadi, bagaimana denganmu?” potong Chen
Air mataku tak berhenti mengalir. Aku ingin mengatakan ‘aku juga mempunyai perasaan yang sama denganmu’ tapi terasa begitu berat. Entah apa yang menggerakkan kakiku hingga aku berlari kecil ke arah Chen, langsung memeluk erat tubuhnya dan menangis dalam pelukannya.
“KYAAAAAAA!!” suara para fangirl semakin heboh.
“wohooooo!!! Asiiik ! berhasil!!” terdengar suara member EXO lain mulai kegirangan.
Aku mengangkat wajahku dan menatap Chen dalam-dalam.
“Chen... aku mencintaimu.. aku tak ingin kau pergi...akuu.... mau jadi yeoja chingumu” kataku dengan malu-malu dan langsung merundukkan wajahku. Chen memelukku semakin erat. Suara penonton semakin ricuh.
Tak berapa lama kemudian, aku melepas pelukannya dalam keadaan masih terisak. Chen mengangkat wajahku dan menghapus air mataku.
“uljima~ aku pergi hanya sebentar. Setelah itu aku pasti kembali. Di sana nanti, sebisa mungkin aku akan terus menghubungimu. Aku tidak melupakanmu. Aku akan bekerja keras dan melakukan yang terbaik, agar nanti saat aku pulang, aku bisa menceritakan kesuksesanku padamu. Tunggu aku ya.. kau jaga diri baik-baik. Hhhh... dengan begini aku bisa pergi ke China dengan tenang. Neomu neomu gomawo Chae Rin-aah.. saranghae...”
“Nado saranghae Chen-aah.. aku pasti akan menggumu di sini. Aku pasti akan jaga diri baik-baik dan selalu menunggu kabar darimu. Pasti!” balasku sambil tersenyum selebar yang aku bisa.
Chen perlahan mendekatkan wajahnya padaku. Ia mencium lembut keningku. Keadaan studio itu semakin ricuh dan ramai. Member EXO lain bertambah kencang menyoraki kami. Yah, inilah kisah cintaku. Perasaanku padanya terbalas. Dan aku tak akan kehilangan sosoknya. Aku tak akan kehilangan suara dan kehangatan yang selalu ia bawa itu. Your voice, can really reach my heart...
*TAMAT*
Hello I am so glad I found your blog рage, ӏ
BalasHapusreally found уou bу eгror, whіle Ӏ wаs searching on Askjeeve for somеthing elsе, Anyways I
am here now and would juѕt like tο ѕay thаnks
fоr a remarkable post аnd a аll rounԁ enjoyable blog (I also lοve the thеme/design), I don’t have time to go through it all at the minute but I have bookmarked іt and alsо addeԁ
your RSS fеeds, so when Ι havе time I will be back to read a
great deal mοre, Plеase do keep up the fantastic b.
mу ωeb page: Click here