Jumat, 11 Mei 2012

[Fan Fiction] "It's You, Just You" Chapter 7

Hello everyone.. Long time no see you all. I'm so busy with my college and had to post something in my new blog. aaaaah~ so tired. But that assigment has done. Please par for my FP. hikk~ I'll continue my FF. sorry for the late story. Enjoy it :)



Cast : Kim Na Young, Lee Sungmin, Cho Kyuhyun, Park Ji Hyeon, Park Eun Sa, Choi Ji Hye, Lee Donghae, Kim Ryeowook, Kim Yesung.


“M, mwo? Apa? Apa ini?”

KLOTAAKK!! Sial ponsel ku jatuh. Dan mereka yang sedang berciuman beberapa detik langsung bangkit dan menghindar. Seluruh tubuh ini bergetar entah mengapa. Mataku sudah panas. Hati ini seperti diterpa badai di siang hari. Apa yang telah ku liat ini?
“Oh! Na Young-aah, mian! Biar aku...” kata Sungmin sambil mendorong Ji Hyeon.
“Yaa! kau ini mengganggu saja! Ada apa sih??” teriak Jihyeon.
“A,ani~ aku hanya ingin mengambil dompet ku yang ketinggalan di laci mejaku. Mi, mian mengganggu kalian” tanpa memandang wajah mereka lebih lama, aku langsung menuju bangkuku dan mengambil dompetku.
“Yaa!! Cepat pergi sana!” teriak Jihyeon.
“Aku pergi dulu. Mian mengganggu kalian. Jangan pedulikan aku” jawabku dengan kepala tertunduk dan suara bergetar, tak mampu memandang mereka.
“Ya,Yaaa!! Chamkaman! Na Young-aah!! Na Young-aah gajima! Kim Na Young”! Sungmin berteriak memanggilku namun tak ku hiraukan. Airmata ini sudah terlanjur mengalir tak tertahankan.
“Sungmin-aah! Kau mau kemana? Sudah biarkan saja dia pergi!”
“Aku ada urusan dengannya! Jangan tahan aku!”
“Andwae! Kau tidak boleh pergi!” sepertinya Jihyeon berhasil menahan Sungmin agar tidak mengejarku.

Aku berjalan tanpa memperdulikan siapapun. Kepalaku tertunduk, tak bisa lagi menahan airmata ini. Hatiku sakit. Mengapa Sungmin berbuat seperti itu? Mengapa Sungmin melakukn hal itu juga padaku? Dan mengapa aku biarkan saja?? AAAHH!! Pabo!!
“BRUAAK” Aku menubruk seseorang dan terjatuh. Ini  jelas salahku karena jalan tak liat ke depan.
“Aissh.. mianhae. Gwaenchana?” kata pemuda ini sambil mengangkat wajahku. Tunggu! Sepertinya aku kenal suara ini...
“N,Na Young?? Kau? Kau kenapa? Kenapa menangis seperti ini? Apa yang terjadi padamu??”
“Kyuhyun-aah...” Aku sudah tak kuat untuk bicara banyak padanya. Airmata ini sudah menahanku untuk bicara.
“Yaa!! Na Young-aah!! Kau dimana? Kim Na Young!” Suara ini! Suara Sungmin. Bagaimana bisa? Tidak aku tidak mau bertemu dengannya dengan situasi seperti ini.
“Aiish.. orang itu lagi!”

Kyuhyun lalu, menarik tanganku dan membawaku ke sebuah kelas yang mungkin itu adalah kelasnya. Ia menutup pintu dan membungkam mulutku. Aku tetap menangis tanpa suara.
“Kim Na Young? Eodiya?? Na Young!” suara Sungmin makin jauh  melewati kelas ini.

Kyuhyun melepaskan tangannya yang tadi membungkamku. Aku terduduk lemas tak bertenaga.
“Na Young-aah.. apa yang terjadi? Mengapa kau menangis dan Sungmin mencari-carimu?”
“Kyuhyun-aah...” tangisanku makin deras. Kyuhyun yang mungkin tak tega melihatku seperti ini, langsung memelukku.


KYUHYUN’S POV

Na Young. Aku bertemu dengannya hari ini tapi mengapa dia menangis sejadi-jadinya seperti ini?? Apa yang terjadi padanya?
“Na Young-aah.. mengapa kau menangis begini? Coba kau ceritakan padaku agar akku bisa mengerti sebabnya. Agar aku bisa bantu menyelesaikannya. Uljima Na Young-aah... Uljimaa”

Aku memeluknya seerat mungkin, mencoba untuk menenangkannya. Tapi ia tak menjawab sepatah katapun. Ia hanya menangis dan menangis. Tapi firasatku mengatakan pasti ada suatu masalah antara dia dan Sungmin.
“Kyuhyun-aah, nuguya? Kenapa dia menangis begitu? Kau apakan dia? Hayoo!!!” tanya salah seorang temanku.
“Aiiiissh.. ngapain sih kau ini! Mau tau saja. Cepat pulang sana! Kalau ada yang tanya, jangan beritau kalau kita disini!”
“ahahaha.. beres boss.. aku pulang dulu. Annyeong!”

Na Young tetap tidak bereaksi. Namun tak berapa lama. Ia melepas pelukanku, berusaha untuk menghapus airmatanya. Aku turut membantu. Sepertinya aku harus cepat-cepat membawanya pulang. Kalu tidak, bisa-bisa Sungmin menemukan kita.
“Aigoo.. wajahmu sampai kusut begini. Ayo hapus dulu airmatamu... Na Young-aah.. kau kenapa siiih?? Ayo kita pulang. Aku ambil barang-barang ku dulu yaa” dia tidak menjawab karena sibuk menghapus airmatanya dan menenangkan dirinya.

Aku bangkit dan segera mengambil barang-barangku. Aku mengambil jaketku dan memakaikannya secara perlahan pada Na Young. Keadaannya masih berantakan. Berpikir mungkin dia akan malu terlihat orang dalam keadaan begini, aku memakaikan Hoodie yang ada di jaketku.
“kkhaja kita pulang! Jalan pelan-pelan yaa..” ajakku sambil membawakan barang-barangnya dan menggandengnya. Tangannya bergetar. Dia masih sesenggukkan. Se shock itukah dia sampai jadi begini?

Aku membawanya ke mobilku, dan kamipun melesat meninggalkan sekolah. Na Young masih terdiam di balik hoodienya. Aku mampir ke kios kecil di pinggir jalan, membelikannya minuman. Tak tega aku melihatnya begini. Huaaa eottokkaji??
“Na Young-aah, minumlah dulu agar kau lebih tenang. .”
“Gomawo...” jawabnya lirih.
Aku melanjutkan menyetir.. tapi aku sudah bisa berlega hati sedikit, paling tidak Na Young sudah tidak menangis lagi meskipun Ia masih terdiam tak bersuara
“Jangan antarkan aku ke rumah!” tiba-tiba saja Ia berkata seperti itu membuatku terhentak kaget.
“mwo? Dalam keadaan seperti ini kau harus pulang dan beristirahat.”
“Shireo! Aku tidak mau pulang. Bawa aku ketempat lain yang nyaman dan tak ada seorangpun mengenaliku!”
“ta, tapi orangtua dan hyungmu pasti khawatir kalau kau tidak pulang-pulang”
“mereka semua sedang keluar kota. Tidak ada oarang di rumah.. hanya ad Bibi Hong. Di rumah sendiri hanya membuatku semakin terpuruk.”
“ta, tapi..”
“jebal... aku butuh sesuatu yang bisa membuatku tenang.”
“geurae.. aku bawa kau ketempat yang nyaman.” Hatiku bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya?  


NA YOUNG’S POV

Aku memang tidak mau pulang. Sendirian di rumah hanya akan membuatku makin memikirkan kejadian itu dan makin terpuruk. Aku bahkan belum sempat memberitahu sahabat-sahabatku.  Bercerita tentang kejadian tadi hanya membuat airmataku kembali mengalir. Kyuhyun membawaku ke sebuah tempat. Tempat wisata di sekitar Sungai Han. Pemandangan sorenya memang indah. Kuharap, aku tidak bertemu dengan orang-orang yang tidak ingin aku temui. Kami turun dari mobil dan menuju sebuah tempat duduk yang menghadap ke arah sungai. Langit oranye menghiasi sore ini. Kyuhyun memberiku sebotol minuman hangat*untukku. Jaket yang ia pakaikan padaku terasa hangat. Bau khas Kyuhyun tercium sekali di jaketnya, membuatku semakin nyaman. Ku tenggak minuman itu sedikit demi sedikit.
“ Kau sudah tenang sekarang?” tanya Kyuhyun.
“ne..” Ku letakkan minumanku disamping. Aku beranjak dari tempat dudukku. Memandakan pemadangan sore di tempat itu.
“sebenarnya apa yang terjadi? Coba ceritakan padaku? Ceritakan saja secara perlahan. Kalu kau cerita aku kan bisa membantumu.” Pinta Kyuhyun padaku.

Aku beranjak dari tempat duduk dan menuju ke pagar pembatas yang menghadap ke arah Sungai. Kyuhyun mengikuti dan berdiri di beloakangku. Sungai Han malam itu terlihat indah. Lampu-lampu terlihat indah bersinar. Tak seperti hatiku yang saat ini terasa gelap tak bercahaya. Ku keluarkan kalung pemberian Sungmin dulu. Ku lepas dan kuangkat menghadap langit. Kalung berhiaskan setengah bintang dan setengah sayap yang seharusnya bisa bersatu dengan pasangannya yang saat ini ada pada Sungmin. Kini rasanya sudah tidak ada gunanya lagi kukenakan kalung itu..
“Aku sadar, Aku memang menyukainya. Aku mencintainya. Bukan lagi menganggapnya sebagai sahabat seperti dulu. Aku menyadarinya sekarang. Tapi, mengapa? Mengapa ia melakukan hal ini padaku? Dia bilang, dia rindu padaku. Ingin bertemu denganku. Begitu besar keinginannya untuk berbicara dengan ku, menggengam tanganku, menyentuh wajahku. Dia bilang, dia tidak suka melihatmu yang selalu berada di sisiku, menemaniku disaat aku sedih maupun senang. Bahkan dia sampai penasaran, ada apa sebernarnya diantara kita. Dia membuatku berharap disaat aku sudah mulai menyadari perasaanku. Bukan main senang dan melelehnya aku saat ia berkata seperti itu. Tapi mengapa? Dia melakukan hal ini? Mengapa membuatku kecewa? Ani! Aku yang bodoh! Mengapa dengan begitu mudahnya aku beranggapan bahwa dia memberiku harapan? Besar kepala sekali aku? Ha ha ha ha... Nan jeongmal baboya! BABO! BABO! BABO!” kataku yang setelah itu bersiap untuk melempar kalung pemberian Sungmin itu ke arah Sungai.
“Slap” Kyuhyun menahan tanganku. Aku menoleh kearahnya dengan tatapan kesal.
“Wae? Kenapa kau menahanku? Sudah tidak ada gunanya lagi aku menggunakan dan menyimpan kalung ini. Menyimpannya hanya akan membuatku makin terluka mengingatnya!” aku berusaha terlepas dari tahanannya. Namun tangannya terlalu kuat untuk ku lawan. Ia tarik tanganku agar aku mengahadap kearahnya.
“Tatap mataku! Sadarlah Na Yaoung! Apakah kau yakin kau rela membuangnya? Apa kau rela melenyapkannya? Apa kau yakin kau tak akan menyesal setelah kau membuang kalung itu? Apa kau tega membuang kenanganmu dengannya? Pikirkan baik-baik!” Tegasnya padaku

Aku menatapnya. Tak tahu harus berkata apa. Benar, aku tidak rela untuk melepaskan semuanya. Tapi aku juga sudah tidak sanggup lagi menahan perasaan ini. Airmataku mengalir. Kaki lemas. Aku perlahan jatuh terduduk di bawah. Pikiranku kalut. Ottokkaji?
“Aku mencintainya... Aku tak bisa melupakannya..” kataku sambil menangis sejadi-jadinya.


KYUHYUN’S POV

Ya, dia sudah menyadari perasaannya sekarang. Dia mencintai Sungmin. Dia mengatakkannya dengan jelas di depan mataku. Sesak rasanya dada ini saat mendengarnya. Sungguh, rasanya aku ingin menghajar Sungmin itu. Dia membuat Na Young seperti ini. Tak tahan melihat Na Young yang kalut, perlahan kudekap dia, dan menggenggam tangannya.
“Biar kusimpan kalung ini. Agar kau sementara ini tidak mengingatnya. Takkan kubuang, karena aku tahu, ini berharga untukmu” kataku sambil mengambil kalung berhiaskan setngah sayap dan setengah bintang itu. Kumasukkan kedalam kantung celanaku.

Kudekap erat Na Young yang sedang menangis sesenggukan . Badannya bergetar. Aku bisa merasakann kekecewaanya., tapi rasanya ada yang mengganjal. Apa yang sebenarnya yg membuat Na Young kecewa? Sungmin melakukan apa? Sungguh aku penasaran. Tapi aku tak mau bertanya padanya karena hanya akan membuatnya makin sedih. Sesak napasku melihat ini. Andai saja bukan Sungmin yang ada di hatimu. Andai Sungmin itu tidak ada. Mengapa harus Sungmin? WAE????
“Ayo Na Young-aah, kuantar kau pulang. Aku akan menemanimu sampai tenang. Malam ini dingin. Tak baik untuk kesehatan.” Ku hapus air matanya. Na Young hanya menurut. Kubantu dia bangkit dan ku eratkan jaketnya. Kupasang hoodie dari jaketku yang ia kenakan agar ia tetap hangat.
Perlahan kutuntun dia. Masuk kemobil, setelah itu kita melaju kencang menuju rumahnya. Satu kesanku. Saat ini dia hancur...

Sampai dirumah Na Young, aku menuntunnya dengan perlahan. Tubuhnya sudah tidak bertenaga lagi. Tatapannya kosong. Bibi hong yang bekerja dirumahnya turut bingung melihat keadaannya ini. Namun, aku memintanya untuk tidak melaporkan kejadian ini ke orangtua maupun Yesung Hyung agar mereka tidak khawatir. Na Young hanya kelelahan. Aku berpesan kepada bibi Hong untuk menjaga dan mengawasinya baik-baik. Sejujurnya aku takut hal buruk terjadi padanya.

Aku menidurkan Na Young di kasur kamarnya dan menyelimutinya. Aku menemaninya beberapa saat. Sangat tidak tega untuk meninggalkannya dalam keadaan begini.
“Kyuhyun-aah.. mianhae~” katanya lirih.
“Gwaenchana. Sekarang kau istirahat saja. Jangan pikirkan yang lain. Aku akan berada di sisimu sampai aku tidur”
“Gomawo Kyuhyun-aah” Ia menutup mata bersamaan dengan air matanya yang mengalir.

Kuhapus air mata itu. Kugenggam tangannya yang dingin itu seraya menghangatkannya. Bangkitlah kemali Na Young-aah... Aku tidak bisa melihatmu seperti ini terus. Apapun akan kulakukan agar kau kembali seperti dulu, tapi apa gerangan yang membuatmu sampai seperti ini? Aku tak sampai hati untu bertanya padamu. Cepatlah membaik Na Young –aah.. aku menyayangimu.. melihatnya sudah nyenyak, aku pun pergi dan kembali kerumah. Sebelum keluar dari kamarnya, aku meletakkan kalung bintang berhiaskan sayap itu di meja kecil dekat pintu. Berharap bahwa Na Young tak melihat kalung itu disitu.

Tak lupa aku mengabarkan sahabat-sahabatnya tentang kejadian ini. Aku juga bercerita pada salah satu sahabatnya, Kim Ryeowook. Dia adalah satu-satunya sahabat Na Young yang mengetahui tentang perasaanku. Ia hanya menyuruhku untuk tenang dan tabah. Yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Dan tentunya Ryeowook-aah akan membantu untuk menjaga Na Young. Pikiranku kalut.


NA YOUNG’s POV

Aku terbangun dari tidur ku. Babo! Tampangku kacau sekali. Segera aku mandi, berganti seragam dan bersiap untuk berangkat sekolah. Tapi kalau boleh jujur, aku tidak ada semangat untuk sekolah. Saat aku akan keluar dari kamar, aku melihat ke arah meja yang ada di dekat pintu. Sebuah kalung tergeletak disitu. Kyuhyun-aah, kau masih menyimpannya... Tanpa pikir panjang, aku bergegas keluar.
“Nona, sarapannya sudah siap”
“Aku tidak ingin makan bi, bibi saja yang makan”
“Tapi nona, nanti mag nona kambuh dan bisa-bisa tuan besar akan marah.”
“Ya sudah jangan lapor. Mag ku tidak akan kambuh dengan mudah. Aku minum susunya saja. Aku berangkat bi. Jangan lapor apapun pada appa, umma, ataupun oppa”
“Baik nona”

Aku berangkat menuju sekolah dengan tidak ada semangat sama sekali dan memang berniat untuk datang telat. Sesampainya dipintu kelas, aku bertemu dengan Sungmin. Kami saling memandang tak menyapa. Aku mengalihkan pandanganku dan berjalan menuju teman-temanku. Tapi tiba-tiba bel sudah berbunyi.
“Na Young, Gwaenchana? Kau terlihat pucat..” Tanya Eun Sa padaku
“Iya, kau pucat sekali. Aku sudah dengar dari Kyuhyun tentang kejadian kemarin. Coba ceritakan lebih jelas pada kami agar kami bisa membantumu.” Pinta Ji Hye khawatir
“gwaaenchana, nanti saja aku ceritakan. Songsaengnim sudah datang”
“Geurae~” kata mereka. Songsaengnim mulai mengajar. Tapi aku tidak bisa fokus pada pelajaran. Dipikran ku masih saja terbayang-bayang kejadian saat Sungmin akan mencium Ji Hyeon, dan air mata ini sudah berat ingin dikeluarkan.

Istirahat siang. Seperti biasa, aku dan sahabat-sahabat ku berkumpul untuk makan siang. Mereka menggebu-gebu ingin sekali untuk mengetahui apa yang terjadi. Dengan lirih aku menceritakan semuanya pada mereka.
“MWO??? SUNGMIN MAU MENCIUM JI HYEON?? PADAHAL SEBELUMNYA IA MENCIUMMU SAAT KALIAN PERGI BERSAMA? DI KINCIR RAKSASA??” Teriak mereka semua.
“Ne~”
“Kurang ajar laki-laki itu! Aku harus menghajarnya!” kata Donghae seraya membanting kotak makannya dan segera bangkit.
“Ya Ya! Donghae-yaa sabar! Jangan emosi! Mengahajarnya tidak akan menyelesaikan masalah kan?” kata Ryeowook sambil menahan tangan Donghae. Donghae terdiam dan kembali duduk
“HAISSHH!!” teriaknya.
“Lalu Kyuhyun datang?” tanya Ji Hye
“Ani, aku tidak sengaja bertemu dengannya lalu ia menemaniku sampai aku tenang”
“apa Sungmin menghubungi mu? Dia mengejar-ngejarmu kan?” tanya Eun Sa
“Ani, dan aku juga tidak menghubunginya. Untuk apa juga aku menghubunginya.”
“Kalungmu? Odiya?” tanya Ryeowook
“Aku melepasnya. Malah aku ingin membuangnya agar aku bisa melupakan Sungmin, tapi Kyuhyun menahanku untuk tidak membuangnya.”
“aahh.. Kyuhyun...” kata Ryeowook
“Aku sadar sekarang, bahwa aku mencintainya. Bukan hanya menganggapnya sebagai teman masa kecilku. Tapi semua itu sudah terlambat. Oh iyaa, tolong jangan ceritakan hal ini pada Kyuhyun ya. Aku tidak ingin dia mengetahuinya. Dia sama sekali tak tahu tentang kejadian ini. Dia hanya tau bahwa aku begini karena Sungmin”
“ne~”
“Semua butuh waktu. Kau pasti butuh waktu tenang dan melupakannya. Pasti ada hikmah dari semua kejadian ini. Memang melupakan seseorang yang kita cintai itu. Tapi jika orang itu memang untuk mu, Ia pasti akan kembali lagi padamu” “jelas Eun Sa
“Kau harus kuat! Tidak usah kau memikirkannya lagi. Laki-laki seperti itu apa bagusnya. Jangan merasa kau sendirian disini. Kau punya kami. Kau punya Kyuhyun yang selalu menjagamu. Kau harus bangkit lagi!” pinta Ji Hye
“Iya. Kami yang namja ini siap untuk menjagamu. Aku juga akan memasakkan makanan yang bisa membuatmu lebih tenang!” jelas Ryeowook
“Gomawo.. jinjja gomawoyo..” kataku sambil menangis. Eun Sa dan Ji Hye memelukku dengan lembut.

Hari itu berkakhir dengan biasa. Tak lupa Kyuhyun mengantarkan ku pulang dan menemaniku sampai waktu tidurku tiba. Aku memintanya untuk pulang, namun ia tak mau. Ia benar-benar menjagaku tanpa mengetahui masalah sebenarnya. Mianhae Kyuhyun-aah. Aku tidak bisa menceritakan yang sebenarnya padamu.

Sudah berlalu 5 hari sejak hari itu. Hidupku belum normal. Tidak ada semangat, makan tidak teratur, tidur tidak teratur, dirumah sendiri membuat pikiranku kalut. Bibi Hong Pun sudah kehabisan akal untuk memintaku makan. Bahkan Kyuhyun yang menyuruhku makan, tak mempan padaku. Aku hanya memakannya sedikit. Sungmin? Ya, kami hanya bisa saling menatap. Pernah ia mencegatku dan mengajakku bicara. Tapi aku langsung kabur. Aku belum bisa menerima segala kenyataan yang ada. Aku sudah terlanjur kecewa dibuatnya.
Pagi itu, aku siap berangkat ke sekolah. Tapi tiba-tiba, NYUUUTT!! Perut ku perih sekali
“aihhh.. sakit sekali perutku..” keringat dingin mulai mengalir di tubuhku. Jangan-jangan mag ku kambuh. Memang sih dari kemarin sudah merasa tidak enak, tapi kubiarkan saja.
“Obatku dimana?” kataku sambil menahan sakit dan membuka laci-laci untuk mencari obat. Ketemu! Parahnya, obat itu tinggal 2 biji. Kumakan satu, dan satunya kubawa. Kenapa di saat akan ujian begini malah kambuh? Babo!

Paling tidak rasanya sudah berkurang sedikit. Aku berangkat dalam keadaan menahan rasa sakit ini. Perrrrrih sekali rasanya. Sesampainya di depan kelas, aku berpaspasan dengan Sungmin
“ee.. Na Young? Kau baik-baik saja? Sepertinya kau tidak enak badan?” tanya  Sungmin.
“Bukan urusanmu!” jawabku ketus lalu berlalu melewatinya. Tapi Sungmin menahan tangan ku.
“Na Young-aah! Sampai kapan kau mau seperti ini? Aku menghawatirkanmu!”
“Sungmin-aah lepaskan tanganmu! Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu! Ara?”

Ku lepas paksa tangannya dan meninggalkannya. Ia pun tak membalas perkataanku. Aku berjalan menuju bangkuku dan langsung duduk dan merunduk tak kuat.
“Na Young-aah, gwaenchana? Kau kenapa?” tanya Eun Sa
“Ani, Nan Gwaenchana..”
“Mukamu pucat begitu”
“Ani, hanya sedikit pusing”
“Kau sudah minum obat? Kau kuat ikut ujian ini?
“ne, tenang saja. Aku masih bisa kok” Sial! Kenapa di saat ujian matematika begini mag ku kambuh? Aiiissh!!

Songsaengnim tiba dikelas. Ujian dimulai. Ji Hye dan Eun Sa sangat khwatir padaku. Sesekali mereka memandangku dan bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku berusaha keras untuk menahan rasa sakit yang makin lama makin menjadi ini dan berusahan untuk mengerjakan soal-soal yang ada. Tiba-tiba
“DEG!” rasa sakit ini sudah ada dipuncaknya. Aku harus minum obat.
“mau kemana? “ Tanya Eun Sa
“aku mau minum obat” kataku lirih.

Aku beranjak dari kursiku dan meminta ijin ke songsaengnim untuk minum obat. Aku keluar dari kelas. Menutup pintunya, dan mencari posisi nyaman untuk minum obat. Ku rogoh sakuku dengan tanganku yang gemetar ini. Keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhku. Napasku mulai sesak, karena saat mengambil napas, akan terasa nyeri di perut atasku. Begitu dapat obatnya, segera ku buka kemasannya. Apa daya, dengan tanganku yang gemetar ini, obat yang sudah keluar dari kemasannya jatuh begitu saja kelantai yang cukup kotor itu.
“Aishh!!! Ottoke?”

Aku putuskan untuk merelakan ujian matematika ku dan lebih memilih berjalan menuju UKS. Dengan susah payah aku berjalan sambil memegangi perut serta berpegang pada tembok. Sendiri menyusuri koridor ini. Semakin aku berjalan, perut ini semakin sakit saja. Napasku sesak. Pandanganku mulai kabur. Saat di depan sebuah kelas, aku pun jatuh , meringkuk. Rambutku menutupi pandanganku. Menahan sakit yang tak karuan ini. Tak mampu berteriak. Hanya bisa berdoa. Seseorang tolong aku.
Ku dengar pintu kelas yang ada di belakangku terbuka, dan terdengar seseorang melangkah.
“Ya! Nuguya? Kau baik-baik saja? Ya! Gwaenchana?” kata orang itu. Suara ini.. Kyuhyun!
“Ya, kau sapa? ya!” ia membalikkan badanku, dan menyingkirkan rambutku.
“m,mwo? Na Young-aah! Ya! gwaenchana? Kau kenapa? Jawab aku! Apa yang sakit? Bagian mana?” tanya nya panik tapi aku tak mampu menjawabnya.
“Bertahanlah! Aku akan membawamu ke ruang kesehatan!” Ia mengangkatku dan membawaku kesebuah tempat. Rasa sakit ini pun semakin menjadi..
*TO BE CONTINUED*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar