Kamis, 19 Juli 2012

[Fan Fiction] "I'll Be There For You" Chapter 3 COMPLETE!

Okay, this is the last chapter. Sorry for the bad ending. Gaje. Typo dimana-mana. Check this out! Don't like Don't read. RnR please? hehehehe. Annyeong~



“chankammanyo!”
“ne?”
“Sebenarnya apa yang terjadi pada Min Young? Dia sakit apa?”
“eh? Kau tidak tau?”
“mollayo~”

Dr Sungmin menceritakan semua. Semuanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Min Young. Tentang penyakitnya yang ternyata sudah mulai terlihat saat ia masih kecil, tentang kondisinya, tentang operasi bedah jantung yang pernah ia lalui, kebiasaannya keluar masuk rumah sakit, tentang apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh ia lakukan, tentang obat-obatan yang ia konsumsi dan aku tidak mengetahui semua itu. Aku hanya bisa memasang muka kaget setengah mati dan membuat pikiranku kosong mendengar penjelasan dari dokter Sungmin. Mengapa Min Young tidak pernah memberi tau hal ini padaku? Mengapa ia menyembunyikannya? Apa dia tidak percaya padaku?
“ia tak pernah sedikit pun mencerita padamu tentang hal ini? Sama sekali?”
“aniya.. sama sekali tidak. Yang kuingat, saat saya pernah menolongnya, saya hanya melihat ia sedikit kesulitan mengambil napas sambil memegang dada kirinya. Saya pikir itu hanya efek syok karena pada saat itu saya menolongnya dari segerombolan namja abal-abal pinggir jalan. Tapi ternyata itu....”
“aku yakin, Min Young pasti punya alasan tersediri mengapa ia tidak menceritakan hal ini padamu. Jangan marahi dia. Percayalah padanya. Ia pasti sudah memikirkan masak-masak sebelum ia melakukannya, ne?”
“ne, saya mengerti”
“permisi”
“kamsahamnida dokter”
Seperginya dokter Sungmin, aku terduduk lemas dengan pikiranku yang masing blank mengingat apa yang baru saja dr Sungmin katakan. Apa yang abru saja kudengar ini? Benar kah ini semua? Tidak bohong?
“Permisi Tao-ssi? Min Young-ssi sudah dipindah ke kamar 804. Silahkan menyusul kesana” kata seorang suster membuyarkan lamunanku.
“ne.. saya akan segera kesana.”

Aku berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit dengan tatapan kosong. Tak hayal, aku hampir menabrak orang yang lewat di sekitarku. Ini hal yang wajar kan untuk aku yang baru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada orang yang aku cintai? Wajar kan? Aku tidak tau harus apakah aku harus marah, atau biasa saja. Pikiranku cukup kalut. Dia tidak akan kenapakenapa kan? Dia baik-baik saja kan? Dia... Tidak akan pergi kan? Sesampainya di ruang rawat inap Min Young, ku buka perlahan pintu ruangannya. Disana terbaring lemah seorang Hwang Min Young dengan selang infus di tangan kirinya, nasal prongs dihidungnya dan alat pendeteksi detak jantung terpasang ditubuhnya. Ya Tuhan kuatkan aku...
“Min Young-aah..” panggilku.
“Tao..” lirihnya.
“sudah merasa lebih baik?”
“ne... mian sudah membuatmu panik”
“gwaenchana. Yang penting kau sudah tidak apa-apa sekarang. Istirahatlah..”
“mian~”
“eh? Wae?”
“mian.. aku tidak memberitahumu tentang penyakitku ini.. kau pasti sudah mendengarny dari dr Sungmin?”
“...”
“mian... kau... marah ya?”
“iya! Aku marah! Aku sangal kesal! Mengapa hanya aku yang tidak tahu. Aku tahu kita baru saja dipertemukan kembali, dan dulu kita memang masih terlalu kecil untuk bercerita tentang penyakit seperti ini. Tapi tetap saja mengapa kau tidak memberitahuku. Kau tahu betapa syoknya aku? Iya.. itu pikiranku pada awalnya. Tapi, dr Sungmin memintaku untuk percaya padamu, pasti ada alasan mengapa kau tidak memberitahukan hal ini padaku. Karena itu aku menghilangkan amarah itu karena aku percaya padamu.”
“mianhae Tao aku tidak memberitahumu. Aku hanya ingin kau khawatir padaku. Apalagi kita baru saja bertemu dan kau sibuk dengan persipan debutmu. Aku tidak ingin, jika kau mengetahuinya, nanti malah akan membebanimu. Selain itu... aku juga takut, kau akan menjauhiku dan meninggalkanku.. Aku tidak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya...”
“Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu kalau aku masih saja disini bersamamu dan menjagamu, eoh? Jangan kau ulangi lagi, ne?”
“ne... gomawo Tao.. gomawo...”
“Min Young!!”
Teriak seorang wanita, bersamaan dengan dibukanya pintu kamar Min Young yang ternyata adalah eomma dan appa Min Young. Aku pun permisi sebentar mempersilahkan mereka untuk melihat kondisi Min Young. Mereka terlihat sangat khawatir. Selang beberapa lama kemudian, Appa Min Young menarikku keluar kamar.
“Kau pasti sudah mendengar tentang kondisi Min Young dari dr Sungmin?”
“ne..”
“paman harap kau memakluminya dan tidak marah padanya. Kau pasti juga sudah mendengar alasanya dari Min Young sendiri. Jadi paman harap, kau mau mengerti.”
“Tentu saja paman, aku sangat mengerti. Dan aku juga tidak akan meninggalkannya. Setelah masa promosiku di China nanti, aku pasti akan segera kembali. Dan aku juga akan tetap berkomunikasi dengannya. Aku tidak ingin kehilangan kontak untuk kedua kalinya”
“gomawo Tao. Paman sangat berterimakasih sekali padamu. Dan juga, paman pegang janjimu itu”

Sejak hari itu, Min Young dirawat di rumah sakit. Makin hari kondisinya semakin baik. Sepertinya memang benar kalau di butuh bedrest. Sayangnya, aku tidak bisa sering-sering berkunjung kesana, karena showcase debutku sudah tinggal menghitung hari. Aku hanya sempat berkunjung dua kali kesana. Sendirian, dan bersama member EXO lainnya. Beruntunglah, teman-teman sekolahnya tidak lupa untuk berkunjung. Tak lupa, aku sering bertukar pesan padanya, menelpon untuk mendengar suaranya, maupun ber video message untuk melihat wajahnya. Ya, disaat sibuk seperti ini, aku sangat merindukannya.

HWANG MIN YOUNG’s POV
Sudah beberapa hari aku dirawat di rumah sakit. Yah, untungnya keadaanku cepat pulih, sehingga aku bisa mengerjakan tugas dan diberikan songsaengnim padaku dan teman sekelasku yang biasa berkunjunglah yang mengumpulkan. Dan tak lupa aku juga terus mengerjakan tugasku sebagai koordinator bidang acara fetival budaya sekolahku. Aku berpikir keras mengonsep acara seapik mungkin untuk festival budaya tahun ini. Ternyata, setelah istirahat beberapa hari pikiranku jernih kembali sehingga aku bisa menyelesaikannya dengan cepat. Meskipun aku harus menahan keinginan ku untuk datang ke showcase debut Tao hari ini. Aku sudah mengimpi-impikan untuk bisa melihatnya di atas stage. Tapi dokter Sungmin tidak menginzinkan aku keluar sekali saja. Sedih, merasa bersalah pada Tao dan kekecewaan Tao itu sudah pasti. Syukurlah Tao dengan senang hati mau mengerti. Tapi mengingat selepas ini Tao akan kembali ke China selama sebulan untuk melakukan aktifitas debutnya, rasanya menyedihkan sekali. Aku akan kehilangan sosoknya selama beberapa lama. Ya Tuhan baru saja kami dipertemukan lagi, mengapa sudah akan berpisah?? Bahkan, aku belum mengatakan bahwa aku... aku mencintainya. Ya, aku menyayanginya. Haruskah aku memendam perasaan ini entah sampai kapan? Tsk, aku kecewa pada diriku sendiri yang tidak bisa melakukan apa-apa ini. Lemah! Kau pasti akan menyesal nantinya! Dari pada menyesali diriku yang tidak bisa apa-apa ini, lebih baik aku menyampaikan ide yang sudah kubuat beberapa hari ini.
 “yeoboseyo Hyesung-aah”
“eoh, Min Young-aah? Wae?”
“ya~ kau kemana saja? Aku sudah merancang sebuah konsep untuk acara festival budaya. Akan aku jelaskan singkat, nanti bisa kau ambil kalau kau kesini. Jadi begini-”
“ee.. mianhae Min Young-aah.. tapi baru saja kemarin songsaengnim menggantikan posisimu dengan orang lain. Daehyun-ssi dari kelas sebelah di tunjuk untuk menggantikanmu. Mengingat festival budaya sudah semakin dekat dan tiba-tiba kau jatuh sakit, songsaengnim tiba-tiba meminta untuk mencari penggantimu. Songsaengnim takut kau belum sembuh saat hari-hari menjelang festival. Jadi ya begitulah...”
“aahh.. geuraeyo? Heee... arasso~”
“ah! Tapi kami pasti akan berkerja dengan giat. Kami tidak mengecewakanmu. Kami juga tetap melaksanakan konsep yang pernah kamu buat, ne? Oh iya kau tadi akan menjelaskan konsep yang baru kamu buat kan? Ceritakan saja sekarang! Siapa tau nanti bisa ku sarankan pada yang lain.”
“aniya.. tidak usah. Nanti malah mengacaukan konsep yang sudah di buat Daehyun.”
“eh? Geundae..”
“gwaenchana... sudah dulu ya. Aku mau istirahat dulu.”
“eh? Ne.. ne.. maaf aku belum sempat kesana. Nanti kalau aku sempat aku pasti ke sana. Jaga diri baik-baik. Sekali lagi maaf maaf sekali...”
“ne.. annyeong” aku akhiri pembicaraanku.

Ppabo! Jinjja ppabo! Kau manusia bodoh sepanjang sejarah Hwang Min Young! Harusnya kau sadar diri. Kau itu tidak bisa apa-apa, tapi kenapa kau masih bersikap kau bisa apa-apa, eoh? Kau ingat, tahun lalu kau juga mengalami hal seperti ini. Pengkoordinir sengaja tidak memberimu pekerjaan apa-apa karena ia yakin kau tidak bisa melakukannya dengan baik. Kau hanya menjadi seseorang yang melakukan pekerjaan-pekerjaan sampingan. Mengapa kau sekarang terjun ke lubang yang sama? Kau hanya buang-buang tenaga! Kecewa pada apa yang sudah terjadi pada apa yang terjadi padaku. Mengapa aku harus mengalaminya. Mengapa bukan orang lain? Mungkin lebih baik aku mati saja agar aku tidak merasakan kekecewaan maupun penderitaan ini lagi. Perlahan aku menagis. Aku menangis dalam diam. Saking muntabnya (?) aku membanting semua alat tulis, konsep-konsep dan tugas sekolah yang sudah kubuat di meja tempat tidurku. Obat yang harusnya ku minum ku buang jauh-jauh. Tiket showcase Tao entah melayang kemana. Selang infus ku lepas begitu saja. Aku menangis. Sejadi-jadinya. Rasa kesal ini begitu besar hingga aku tidak bisa menahannya. Mungkinkah ini yang namanya depresi tingkat akut?
DEG!! DEG!!
Bagus... rasa sakit ini muncul lagi.. aku membaringkan tubuhku menahan rasa sakit ini. Haruskah aku minta tolong atau berdiam diri?

HUANG ZI TAO’s POV
Pagi ini, aku memutuskan untuk mengunjungi Min Young sebelum aku rahersal untuk showcase ku nanti. Dia pasti senang dengan kedatanganku yang tiba-tiba ini. Paling tidak, meskipun ia nanti tidak bisa datang dan tidak bisa memberiku kekuatan secara live, aku ingin ia memberiku kekuatan dan penyemangat sebelum aku tampil. Ku susuri lorong-lorong rumah sakit dengan hati berdebar-debar, karena selain ingin menemuinya, aku ingin menyampaikan perasaanku padanya. Apapun hasil akhirnya nanti, yang penting aku sudah menyampaikan padanya. Setidaknya bisa lega sedikit gitu. Setibanya di kamar 804, ku ketuk pintunya namun tidak ada jawaban. Ku putuskan untuk membukanya. Bukanlah senyuman hangat Min Young yang ku terima. Melainkan Min Young yang sedang terbaring lemah seperti menahan rasa sakit yang luar biasa itu.
“Min Young-aah!! Ya, gwaenchana? Yaa??” panikku. Segera aku hampiri ia. Kondisinya sedikit kacau.
“ya, kau kenapa? Sebentar aku panggil suster dan dokter. Bertahanlah! Ku mohon!” segera aku tekan bel dan memanggil suster dan dokter.

Beberapa saat kemudian mereka datang. Begitu juga dengan orangtua Min Young yang entah dari mana juga datang. Mereka panik jelas. Kami diminta menunggu diluar sambil menunggu Min Young di periksa. Aku menceritakan apa yang baru saja kulihat saat aku tiba tadi. eomma Min Young tak kuasa menahan tangisnya. Sedangkan appanya menenangkan istrinya itu. Sedang aku, hanya bisa berdoa dan berdoa. Setengah jam kemudian, dokter Sungmin beserta suster keluar dari kamar Min Young. Dan menceritakan pada kami tentang kondisinya. Sepertinya ia mengalami sesuatu yang membuatnya marah, shock dan semacamnya sehingga jadi begini. Ia butuh istirahat sampai ia tenang. Sepeninggalan dokter dan suster, kami masuk ke kamar dan melihat Min Young. Ia terbaring lemah lagi. Ya Tuhan...
“Tao-aah,, bukankah hari ini kau showcase? Cepatlah kembali, nanti kau terlambat” pinta eomma Min Young.
“ta, tapi..”
“Sudahlah tidak apa-apa. Kami akan menjaga Min Young selama kau showcase. Sebagai gantinya, kau harus mempersembahkan yang terbaik di showcase nanti. Lalu pulanglah dengan kesuksesan showcasemu. Jangan buat Min Young kecewa.” Jelas appa Min Young.
“baiklah, aku pergi dulu. Oh iya, paman. Bibi.”
“ne?”
“mungkin situasi ini tidak tepat tapi, aku ingin menyampaikannya. Aku.. mencitai Min Young..”
“sampaikan itu nanti langsung pada Min Young saat kau kembali nanti. Berjuang!” tambah appa Min Young.

Sesegera mungkin aku menuju tempat showcase dan melakukan rahersal dan beberapa persiapan. Para member menanyakan kondisi Min Young. Ku ceritakan semua yang baru saja terjadi. Semua member langsung memberi semangat padaku dan mendoakan Min Young. Mereka juga menyuruhku menampilkan yang terbaik agar Min Young tidak kecewa. Maka showcase-pun di mulai. Aku mengeluarkan segenap kemampuanku, semangatku, dan yang terbaik dari ku. Ku pikirkan seolah-olah Min Young sedang melihatku dari suatu tempat. Aku memberikan yang terbaik kepada audience agar aku tidak mengecewakan mereka semua. Aku berjuang tak peduli seberapa banyak keringatku keluar. Bahkan adegan ppuing-ppuing yang selalu menjadi senjata pamungkasku terhadap member lain, rela ku lakukan di atasa stage. Iya, aku dan semua member EXO lain berjuang bersama agar menghasilkan sesuatu yang luar biasa. EXO Showcase Debut day one, end. Hari pertama berakhir dengan kesuksesan dan kebahagiaan. WE ARE ONE!

Selepas showcase, aku tidak mengikuti member lain yang makan malam bersama merayakan kesuksesan showcase hari pertama. Bahkan aku tidak bisa melihat keunyuan Chen yang baru jadian dengan Chae Rin. Segera aku menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Min Young. Orangtuanya mempersilahkan aku untuk menemui Min Young. Ia memberikanku waktu untuk berdua dengannya. Dan dengan nada bercandanya, appa Min Young memintaku segera mengutarakan perasaanku yang tadi pagi baru saja ku katakan. Hahaha. Aku masuk ke kamar Min Young. Kulihat ia sedang berbaring. Selang infus dan nasal prongs lagi-lagi terpasang.
“Min Young-aah, annyeong..”
“Tao.. kau datang?”
“ne.. bagaimana keadaanmu? Sudah mulai membaik?” kataku sambil mengusap kepalanya dengan lembut.
“ne.. sudah membaik. Mianhae, membuatmu panik lagi..”
“gwaenchana..”
“bagaimana Showcase debutmu? Lancar kan? Maaf aku tidak bisa menepati janjiku padamu dan member yang lain..”
“ssshh... aniyaa.. aniyaa... semua member malah merasa bersalah karena tidak bisa menjengukmu. Mereka bilang, maaf dan semoga lekas sembuh. Kami akan selalu memberikan yang baik. Begitu katanya. Semuanya lancar kok. Bahkan aku membawa hasil rekaman showcase tadi agar kau bisa melihatnya.” Kataku sambil terus mengusap lembut kepalanya dan terkadang menyentuh pipi lembutnya.
“waa.. jinjjayo? Gomawo” balasnya dengan lembut.
“tapi, kau tadi kenapa? Apakah terjadi sesuatu? Apa terjadi masalah? Malhaebwayo..”
Bisa kulihat raut mukanya berubah sedikit. Ia perlahan bangun dan memintaku menaikkan sandaran tempat tidurnya untuk ia duduk. Tiba-tiba ia melepas nasal prongsnya, memberikannya padaku dan memintaku untuk mematikannya.
“tidak apa kau melepas ini?”
“gwaenchana. Aku sudah membaik kok”

Segera kumatikan alat itu dan kuletakkan di suatu tempat. Terlihat Min Young sedang duduk dan membungkukkan badannya seolah sedang menyembunyikan wajahnya. Saat aku ingin menyentuhnya, ia mulai menceritakan apa yang terjadi. Tentang kisahnya selama ini ia alami, tentang pergantian posisi kepanitiaan, tentang ide-idenya yang baru saja ia bikin dan ternyata sia-sia, tentang kekecewaannya terhadap dirinya sendiri, Tentang penderitaannya. Tak lama kemudian, suara isak tangis terdengar. Iya, ia menangis sambil menyembunyikan wajahnya. Aku yang tidak tahan dengan hal ini, segera duduk diatas ranjangnya, dan segera menariknya dalam pelukanku. Tangisannyapun semakin menjadi di saat aku memeluk dan mengelusnya lembut.
“lepaskan lah semuanya Min Young-aah.. sampai kau lega”
Ia menagis selama beberapa menit. Lalu aku segera menengkannya sebelum penyakitnya kambuh lagi. Setelah iaa berhenti menangis dan cukup tenang, aku menyandarkan tubuhku ke sandaran rancang yang sudah kunaikkan tadi dan tetap membawa Min Young dalam pelukankku sambil terus mengelus lembut sampai ia benar-benar tenang. (bayangin sendirilah ini scene kayak mana XD)
“Tao.. boleh aku bertanya satu hal?”
“ne.. mwonde?”
“mengapa kau sangat baik padaku? Mengapa kau selalu memperhatikan aku, menjagaku, melindungiku, selalu berada disampingku dan menenangkanku. Jika kau... terus melakukan ini, aku jadi tidak akan bisa melepaskanmu... Aku jadi tidak akan bisa membiarkanmu pergi besok.. Aku jadi tidak mau kehilangan sosokmu. Aku jadi tidak bisa m-”
Belum selesai ia bicara, aku sudah mengecup lembut bibirnya. Entah apa yang sudah meracuni pikiranku sehingga aku berbuat seperti ini. Aku pasti dibencinya. Namun aku harus menyampaikannya sekarang sebelum terlambat. Now, or never.

Kulepas ciuman itu beberapa detik kemudian. Ia menatap mataku lekat-lekat, begitu juga aku.
“Karena aku mencintaimu Hwang Min Young. Sangat mencintaimu. Perasaanku ini tidak pernah berubah sejak kita berpisah dulu... ... Nae yeoja chingu ga dwaeyo jullae?”
“Tao... aku juga sangat mencintaimu” ucapnya tiba-tiba seraya memeluku erat. Ya Tuhan. Dia juga mencintaiku? Dia merasakan perasan yang sama denganku? Demi apa?
“Min Young-aah.. gomawo.. neomu neomu gomawo... Mulai sekarang kau tidak akan lagi merasakan penderitaan dan kesedihanmu ini sendiri. Karena aku akan selalu ada untuk mu. Mungkin beberapa waktu ke depan aku belum bisa. Tapi aku janji, aku tidak akan melupakanmu. Aku akan tetap memantaumu, menghubungimu dan memperhatikanmu. Tunggulah sebentar, dan kau akan mendengar cerita kesuksesanku. Saranghae Min Young-aah.. saranghae..” kataku sambil membalas pelukannya.

Sesaat kemudian, ia melepaskan pelukannya. Aku menatapnya dan menikmati keindahan wajahnya. Perlahan kami memperkecil jarak kami, dan kecupan lembut itu terjadi lagi. Selepas itu, aku bisa lagi melihat senyum indahnya. Kami tertawa bersama, melihat rekaman showcase tadi, mengobrol banyak hal hingga Min Young lelah dan tertidur. Segera aku turun dari tempat tidurnya dan kubaringkan ia lebih nyaman di tempat tidurnya. Tak lupa aku menyelimutinya dan mengecup lembut keningnya.
“selamat tidur. Saranghae” kataku.

Sambil terus menggengam tangannya, aku duduk di kursi sebelah tempat tidur dan menghubungi Kris gege.
“yeoboseyo? Dduijang Kris?”
“Ya! Niga odieso? Mengapa kau belum pulang? Kau tau kan besok pagi-pagi kita terbang ke China?”
“ne ne aku tau. Aku menginap dirumah sakit. Aku ingin menghabiskan waktuku dengannya malam ini. Tolong bereskan dan siapkan barang-barangku untuk ku bawa besok. Besok pagi, kalian bisa langsung menjemputku dan langsung ke bandara.”
“ya! Neon micheoseo??”
“ku mohon gege~” pintaku dengan segenap aegyo ku (?)
“baiklah-baiklah. Jangan bangun kesiangan ya! Omong-omong, kau sudah menyampaikannya pada Min Young kan?”
“ne.. tentu saja! Dia milikku sekarang... hahahaha”
“baguslah. Karena kau sudah menyampaikannya, aku akan melakukan seperti apa yang kau inginkan”
“gomawo gege ku sayaaang~ sampaikan salamku pada member yang lain ya! Sampai ketemu besok. Annyeong~ istirahat yang tenang gege...”
“aiishh dasar kau ini. Baiklah nanti gege sampaikan. Kau juga segera tidur. Annyeong~”

HWANG MIN YOUNG’s POV
Begitu kubuka mataku, matahari sudah menyinariku dari balik jendela. Terlihat eomma sedang membereskan barang-barang di kamarku.
“eomma.. selamat pagi”
“eoh, selamat pagi Min Young-aah.. kau sudah bangun. Kau tidur nyenyak kan?”
“ne.. geundae, Tao odiseoyo?”
“Tao subuh-subuh tadi sudah di jemput. Ia kan harus tebang ke China pagi ini”
“M,mwo?!”
Tiba-tiba I-Phoneku berbunyi. Segera ku ambil dan kulihat siapa yang menelponku sepagi ini. Tao?
“Yeoboseyo? Tao!”
“Selamat pagi! Syukurlah kau sudah bagun. Aku jadi bisa mendengar suaramu. Hehehe”
“kenapa kau tidak membangunkan aku, eoh? Kenapa kau pergi diam-diam? Kau dimana sekarang?”
“aku hanya tidak ingin mengganggu tidurmu. Aku sudah di Bandara. Sebentar lagi boarding.”
“jadi.. tidak bisa bertemu sebentar ya?”
“hei-hei jangan sedih begitu.. aku pergi cuma sebentar kok. Doakan aku terus ya agar debut kami disini sukses. Nanti aku bawakan banyak oleh-oleh”
“hahaha tidak usah kau minta aku pasti sudah bersedia melakukannya”
“Min Young-aah. Kau mau berjanji beberapa hal padaku?”
“eh? Mwonde?”
“berjanjilah untuk tetap menungguku, tetap ceria, tetap tersenyum, terus jaga kesehatanmu, jaga pola makanmu, rajin kontrol ke Dokter Sungmin, rajin minum obat, terus menguhubungiku, selalu balas pesanku, selalu angkat telponkku dan selalu mencintaiku...”
“eh? Banyak sekali? Hahaha ne.. aku berjanji. Kau juga, ne?” air mata perlahan mengalir membuat suaraku bergetar.
“tentu saja! Ya, uljima.. aku tidak mau kau menangis mengiringi keberangkatanku”
“aniya aku tidak menangis..” kataku sambil mengusap air mataku.
“geojitmal~ ayo berhenti menangis.”
“ne.. ne~ oiya sampaikan salamku untuk member yang lain ya!”
“We are ONE! Annyeonghaseyo EXO imnida! Hwang Min Young-ssi, kami pergi dulu ya! Doakan kami!” terdengar suara semua member dari balik telpon dan diakhir dengan gelak tawa kami.
“ne ne~ aku pasti mendoakan kalian. EXO Hwaiting!”
“ne~~ Hwang Min Young hwaiting! Hahahaha” balas mereka.
“geurae, aku boarding dulu ya.. annyeong~” suara Tao kembali.
“ne.. have a nice flight~”
“Min Young-aah..”
“ye?”
“saranghae...
“nado saranghae... Huang Zi Tao...”

HWANG MIN YOUNG’s POV
1 Bulan Kemudian
Aku yang tertidur di kelas tiba-tiba terbangun karena terjadi kehebohan dikelas.
“Hyesung-aah.. ada apa sih sebenarnya?”
“aiissh kau tidur saja sih! Ada salah satu member boyband sedang menunggu di depan gerbang sekolah”
“kenapa harus heboh sih? Sekolah kita kan dekat SM High School, jelaslah kalau ada member boyband atau artis sapapun disekitar sekolah kita”
“tapi ini lain! Dia sepertinya sedang menunggu seseorang!”
“memang dia personil apa?”
“ah paling kau tidak tau. Grup yang baru saja debut! EXO!”
“ooh.. EXO.. M, MWORAGO? EXO??” segera aku bangkit dan keluar kelas.
“ne.. ya! Kau mau kemana?? Ya!! Kau kan tidak boleh lari-lari! Min Young-aah!!”

Ku turuni anak tangga, dan kulewati lorong-lorong sekolah, tidak mempedulikan bahwa aku seharusnya tidak boleh lari. Mungkinkah? Mungkinkah dia Tao?? Sebelum sampai digerbang, aku berhenti sebentar untuk mengatur napasku dan menenangkan diriku agar dadaku tidak nyeri lagi. Disana sudah berkerumunan banyak murid. Perlahan aku berjalan mendekati mereka dan membelah kerumunan dengan susah payah. Di sana aku melihat sesosok namja yang sangat aku kenal, yang sangat aku cintai, dan paling aku rindukan. Huang Zi Tao
“Tao!” Teriakku.
“Min Young-aah~” jawabnya “Aku pulang, Min Young-aah”
“Tao...” aku segera berlari menujunya dan memelukknya dengan erat tanpa mempedulikan lingkungan sekitar.
“Aku sangat merindukanmu Tao.. aku sangat rindu padamu...”
“Aku juga sangat merindunkanmu Hwang Min Young... sangat..”

END

Crdeit Photo : Facebook EXO intl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar